Ringkasan: Konversi ekosistem hutan tropis secara luas menjadi kebun kelapa sawit monokultur mengakibatkan kehilangan keanekaragaman hayati dan fungsi ekosistem secara dramatis. Sehingga restorasi ekologi sangat diperlukan pada berbagai lanskap kelapa sawit, namun pengetahuan empiris tentang strategi pengelolaan kelapa sawit yang lestari masih sangat terbatas.Percobaan penanaman pohon dalam pola pulau‐pulau dengan berbagai ukuran petak (25 m2 sampai 1,600 m2) dan berbagai tingkat keragaman spesies pohon (1,2,3, dan 6 spesies) dilakukan di kebun sawit di Sumatera, Indonesia. Enam spesies pohon multiguna dan asli Sumatera yaitu Jengkol (Archidendron pauciflorum), Durian (Durio zibethinus), Petai (Parkia speciosa), Meranti (Shorea leprosula), Sungkai (Peronema canescens), dan Jelutung rawa (Dyera polyphylla) ditanam diantara pohon sawit. Penebangan beberapa pohon kelapa sawit dilakukan untuk memberi ruang bagi pohon yang ditanam. Data yang dianalisis berupa faktor‐faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan persentase hidup pohon selama empat tahun.Hasil penelitian menunjukan bahwa keragaman species dalam petak berpengaruh nyata terhadap produktifitas pohon. Basal area pohon pada petak dengan keragaman spesies yang tinggi berbeda nyata dengan basal area pohon pada petak satu spesies. Perbedaan tersebut disebabkan oleh pertumbuhan pohon, sedangkan kematian pohon tidak memberikan pengaruh nyata. Keragaman species pohon juga memberikan pengaruh positif pada pertumbuhan pohon tetapi pengaruh tersebut hanya terjadi pada tahun pertama saja. Hal ini mengindikasikan bahwa seleksi dan dominansi pohon pada tingkat keragaman spesies yang tinggi menjadi faktor penyebab dari perbedaan tersebut.Pohon yang tumbuh jauh dari kelapa sawit cenderung untuk tumbuh lebih baik dibandingkan dengan pohon yang tumbuh dekat dengan kelapa sawit. Hal ini menunjukan adanya kompetisi antara kelapa sawit dengan pohon. Sementara itu, pohon yang ditanam berdekatan dengan kelapa sawit yang ditebang memiliki pertumbuhan yang lebih terutama pada tahun pertama. Hal ini dapat disebabkan oleh ketersedian ruang tumbuh dan unsur hara hasil pelapukan batang kelapa sawit. Meskipun terdapat efek tepi positif dari pengelolaan kelapa sawit konvensional di sekitarnya, ukuran pulau pohon memiliki efek positif secara keseluruhan pada pertumbuhan pohon.Sintesa dan penerapan. Penanaman dalam pola pulau‐pulau pohon di perkebunan sawit dapat dilakukan melalui pencampuran tanaman kelapa sawit dengan spesies pohon asli. Keberhasilan penanaman sangat berbeda‐beda diantara spesies pohon. Pemilihan spesies pohon menjadi faktor penentu hubungan positif antara pertumbuhan pohon dengan keanekaragaman jenis. Penanaman pohon dalam pulau yang lebih luas (misalnya > 1,600 m2) dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan pohon, namun kompetisi pohon dan sawit dapat berimplikasi terhadap pertukaran (trade‐off) pertumbuhan pohon dengan produksi buah sawit. [ABSTRACT FROM AUTHOR]